Minggu, 20 Februari 2011

TANBIH ( PEPELING )

TANBIH
( PEPELING )


Para santri sebaiknya selalu ikhlas dalam setiap amal yang baik, maksudnya setelah selesai beramal dan beribadah ditinggalkan begitu saja seakan-akan belum pernah beramal atau beribadah, sehingga menarik dirinya Untuk segera dan tekun beramal sholeh/ beribadah kepada Alloh dan manusia. Dan disamping itu pula tidak pernah mengenang segala kebaikan.

Segenap calon santri harus selalu berhati-dan harus mawas diri yaitu :

1. Ojo dupeh dadi Kiyai
2. Ojo dupeh dadi Guru
3. Ojo dupeh dadi Pamong
4. Ojo dupeh dadi Pegawai
5. Ojo dupeh dadi Pemimpin
6. Ojo dupeh dadi Wong Ayu
7. Ojo dupeh dadi Wong gagah
8. Ojo dupeh dadi Wong kuat
9. Ojo dupeh dadi Pendekar
10. Ojo dupeh dadi Turun raja/ Ratu
11. Ojo dupeh dadi Turun Wali
12. Ojo dupeh dadi Turun Nabi
13. Ojo dupeh sugih Bondo
14. Ojo dupeh sugih Arto/ harta
15. Ojo dupeh sugih Kebon
16. Ojo dupeh sugih Bolo
17. Ojo dupeh sugih Konco
18. Ojo dupeh sugih Kapinteran
19. Ojo dupeh sugih Murid
20. Ojo dupeh sugih Piyandel
21. Ojo dupeh sugih Pangkat
22. Ojo dupeh sugih Aji-aji
23. Ojo dupeh sugih Ilmu
24. Ojo dupeh sugih Kitab
25. Ojo dupeh sugih Jimat
26. Ojo dupeh ahli Hukum
27. Ojo dupeh ahli Tafsir
28. Ojo dupeh ahli Usul/ asal
29. Ojo dupeh ahli Hadist
30. Ojo dupeh ahli Feqih
31. Ojo dupeh ahli Tauhid
32. Ojo dupeh ahli Torekot
33. Ojo dupeh ahli Politik
34. Ojo dupeh ahli Alat
35. Ojo dupeh ahli Tajwid
36. Ojo dupeh ahli Bahasa
37. Ojo dupeh ahli Karomah
38. Ojo dupeh ahli Ibadah
39. Ojo dupeh ahli Amal
40. Ojo dupeh ahli Sejarah
41. Ojo dupeh ahli Hakekat
42. Ojo dupeh ahli Makrifat
43. Ojo dupeh ahli Syareat
44. Ojo dupeh ahli Roso
45. Ojo dupeh ahli Makhroj
46. Ojo dupeh ahli Ijtihad
47. Ojo dupeh ahli Pidato
48. Ojo dupeh ahli Tetulung
49. Ojo dupeh ahli Pondokan
50. Ojo dupeh ahli Qiro’ah


Dari satu sampai lima puluh itu; kemudian disalahgunakan atau kata lain banjur sembrono, harus ingat semua manusia akan mati dan harus ingat juga bahwa semuanya akan dituntut oleh Alloh SWT nanti diakhirat.



AL-JIHAD ATTAQWA

K. Imam Makhali MA

TANBIH ( PEPELING )

Selasa, 15 Februari 2011

BUAH SEBUAH KEJUJURAN

Ketika menginjak remaja Syeh Abdul Qodir Aljilany mengutarakan maksud ingin menuntut ilmu kepada ibunya," Ibu..aku ingin menuntut ilmu"." Berangkatlah anakku..! ibu hanya bisa memberi restu dan ini uang 40 dinar warisan dari ayahandamu, besok pagi ada rombongan pedagang ke Baghdad ikutlah bersama mereka, satu pesan ibu jujurlah jangan pernah berbohong",jawab sang ibu. Sang ibu membuat kantong uang dan disimpan diketiak Abdul Qodir. Di tengah perjalanan rombongan dihadang 40 penyamun, semua barang dagangan dirampas, ketika giliran Abdul Qodir salah satu penyamun bertanya," hai..anak kecil kamu bawa apa?" Dengan tegas beliau menjawab," aku bawa uang 40 dinar". " anak kecil sana2 kecil2 berbohong"ketus penyamun. satu persatu penyamun mengintrogasi beliau menjawab seperti jawaban pertama.Ketika para penyamun berkumpul satu persatu bercerita tentang anak kecil dengan jawabannya.Pemimpin penyamun merasa heran ingin membuktikan kebenarannya.Dia mendatangi Abdul Qodir dan menggeledahnya, benar juga ditemukan uang 40 dinar diketiak beliau.Timbul rasa haibah/takut di hati para penyamun.Sekonyong2 mereka tersungkur minta ampun dan bertaubat.

CUCU SANG BATU DARI HAITAM

Di kalangan Madzhab Syafi'i, nama Ibn Hajar AlHaitami sangat populer.Karya-karyanya memiliki otoritas dan menjadi salah satu rujukan penting Madzhab Syafi'i.AlFatawa al Haditsiyyah, Tuhfah al Muhtaj bi Syarh al Minhaj adalah diantara karya pentingnya yang juga banyak dikaji di pesantren-pesantren hingga perguruan tinggi di dunia Islam. Ia lahir tahun 909 H/ 1504 M dengan nama Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al Haitami, yang kemudian lebih populer dengan nama Ibn Hajar. Hajar adalah julukan bagi kakeknya, karena dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan jarang berbicara sehingga dikonotasikan dengan batu(hajar). Ibn Hajar lahir dalam keadaan yatim di daerah Salmanat. Karena banyaknya kekacauan dan fitnah di daerah itu, kakeknya membawanya pindah ke Haitam. Sehingga nama daerah ini lebih populer dinisbahkan kepadanya. Ia banyak belajar kepada para ulama terkemuka Mesir. Di antaranya Syaikh Zakariya Al Anshari, Syaikh Muhammad bin Abi Al Hamaili, Imam Syihabuddin Ahmad Al Ramli. Tahun 933 H/ 1527 M, ia menemani gurunya, Syaikh Al Bakri, melakukan ibadah haji dan sempat menetap setahun lamanya di Makkah.Pada 940 H/ 1534 M, untuk yang ketiga kalinya ia bersama gurunya melakukan ibadah haji. Semenjak itu, ia mengajar, berfatwa dan mengarang di Tanah Suci. Namanya menjulang tinggi sebagai orang alim yang mendapat kedudukan terhormat di Makkah dan memiliki banyak murid serta menjadi ulama yang memiliki otoritas yang kuat. Meskipun demikian, ia tetaplah menjalani hidupnya yang tidak mudah, serba kekurangan, bahkan menurut keterangannya sendiri pernah selama empat tahun ia tidak makan daging karena saking miskinnya. Ia juga bergulat dengan penyakit wasir dan kencing batu yang menderanya. Pada tahun 947 H/ 1541 M, tepatnya hari Senin tanggal 23 Rajab, ia berpulang ke rahmatullah dikebumikan di pekuburan Ma'la Makkah. Ribuan manusia mengantarkan kepulangannya.

TETESAN DARAH ITU MEMBENTUK LAFAZ ALLAH

Abu Abdillah bin Salim Al Bashri, yang bernama asli Muhammad bin Ahmad bin Salim, seorang sufi yang berasal dari Bashrah. Ketika masih muda, dia menjadi murid dan sekaligus penganut tarekat sufisme Sahl bin Abdullah At Tusturi (200-261 H/815-874 M ), Beliau berhidmat pada Sahl sampai tua.

Ajaran Sahl yang diterimanya menitik beratkan pada ikhtiyar, mujahadah, dan latihan zuhud. Dengan mengikuti ajaran Sahl, Abu Abdillah bin Salim ingin mencapai kesempurnaan mujahadah. Sahl pernah berucap kepada para muridnya, termasuk dirinya, "Berusaha keraslah untuk berucap secara terus menerus selama satu hari 'Ya Allah, ya Allah, ya Allah', dan lakukanlah hal yang sama pada keesokan hari dan lusanya hingga kau terbiasa dengan mengucapkan kata-kata itu."

Kemudian Sahl memerintahkannya untuk mengulang-ngulangnya di malam hari, dan akhirnya ia terbiasa mengucapkannya sekalipun dalam keadaan tidur.

Selanjutnya Sahl mengajarkan lagi, "Jangan ulangi lagi itu, tetapi biarkan semua indramu terikat untuk berzikir kepada Allah."

Seorang murid, ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, tertimpa sebuah kayu, dan mengalirlah darah hingga menetes ke tanah. Subhanallah, tetesan darah di tanah membentuk lafaz Allah.

Tarekat Sahl mendidik murid dengan perbuatan mujahadah dan disiplin. Obyek semua disiplin keras dan amalan mujahadah adalah penolakan kepada jiwa yang rendah, sehingga seseorang mengetahui jiwa rendahnya tersebut.

Lafazkan Allah sampai mendarah daging.

BAGAIMANA HUKUM GOSIP MENURUT ISLAM ?

باب الغيبة

BAB MENGGUNJING ORANG LAIN

قال الله تعالى : يا أيها الذين آمنوا إجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم ولا تجسسوا ولا يغتب بعضكم بعضا أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتا فكرهتموه واتقواالله إن الله تواب رحيم .

Allah Ta’ala berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu semua meneliti ( kejelekan orang lain ) dan janganlah sebagian kamu semua menggunjing sebagian yang lain, apakah salah seorang dari kamu semua suka bila memakan daging saudaranya dalam keadaan sudah mati ? maka kamu semua benci ( untuk memakan ) nya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menerima taubat lagi penyayang .“

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إياكم والغيبة فإن الغيبة أشد من الزنا قيل له كيف قال إن الرجل قد يزني ويتوب فيتوب الله عليه وأن صاحب الغيبة لا يغفر له حتى يغفر له صاحبه .

Rosulullah s.a.w bersabda, “ Takutlah kamu semua terhadap menggunjing ( orang lain ) karena sesungguhnya menggunjing itu lebih berat dosanya daripada berzina, Rosululloh s.a.w ditanya, mengapa begitu ? Beliau menjawab, sesungguhnya seorang laki-laki kadang-kadang berzina kemudian bertaubat maka Allah menerima taubat nya, sedangkan orang yang menggunjing ( orang lain ) tidak diampuni dosanya selama orang yang digunjing mau mengampuninya.”

( تنبيه ) أن الغيبة حرام إجماعا بل قال كثيرون إنها كبيرة وقد نقل القرطبي المفسر وغيره الإجماع على أنها من الكبا ئر لما فيها من الوعيد الشديد لكن حمله بعضهم على غيبة أهل العلم وحملة القرآن وكذا إستماعها والسكوت عليها مع القدرة على دفعها.

( Peringatan ) Sesungguhnya menggunjing orang lain haram hukumnya menurut kesepakatan ulama’, bahkan kebanyakan ulama’ berpendapat menggunjing orang lain itu dosa besar, seorang Ahli tafsir yaitu Imam Al Qurtuby dan ulama’ lainnya menukil sebuah kesepakatan ulama’ yang berpendapat sesungguhnya menggunjing orang lain itu termasuk dosa besar karena di dalamnya ada ancaman siksa yang berat, tapi sebagian ulama’ mengklasifikasikan dosa besar tersebut jika menggunjing Ahli ilmu dan orang-orang yang menghafalkan Al Quran, yang termasuk dalam kategori dosa besar juga mendengarkan pergunjingan dan diam ( pasif / tidak melarang ) terhadap pergunjingan tersebut sedangkan dia mampu untuk menolak / melarangnya.

(واعلم) أن حد الغيبة المحرمة أن تذكر ولو بنحو إشارة وكتابة حتى بالقلب غيرك الغائب المحصور المعين للسامع حيا كان أو ميتا بما يكره عرفا أن يذكر به ممن هو فيه بحضرته أو غيبته ويجب على من اغتاب أن يبادر الى التوبة بشروطها فيقلع ويندم ويستغفر للمغتاب إن يعلم بها وإلا استحله منها فإن تعذر لموته أو تعسر لغيبته استغفر الله له ولنفسه ولا يكفي تحليل وارثه . ( إرشاد العباد ص 68 - 69 )

( Ketahuilah ) Definisi menggunjing yang diharamkan itu adalah menyebut - walaupun dengan isyarat atau tulisan bahkan dengan hati- suatu kejelekan orang lain yang tidak hadir dalam pergunjingan tersebut, terbatas dan tertentu orangnya baik masih hidup atau sudah mati dihadapan orang / khalayak yang mendengarkan. Orang yang suka menggunjing wajib segera bertaubat dengan memenuhi syarat-syaratnya, yaitu berhenti menggunjing selamanya dan menyesali perbuatannya kemudian meminta ampun orang yang digunjing jika orang yang digunjing itu mengetahui dirinya digunjing, jika tidak mengetahui maka harus meminta halalnya, jika orang yang digunjing tersebut sudah mati atau sulit menemuinya maka dia harus meminta ampunan Allah untuk orang yang digunjing juga untuk dirinya, tidak cukup meminta halal dari ahli waris orang yang digunjing.

SIAPA JIWO SUTHO ?


Syekh Abdul Kholiq Al Hamid (Jiwo Suto)


Syekh Abdul Kholiq Al Hamid (Jiwo Suto) adalah putra dari pasangan Yasmin dan Suminah namun karena kemashuran, ketokohan sang kakek maka nama Syekh Abdul Hamid lebih melekat pada dirinya dari pada nama Yasmin ayahandanya, sehingga beliau oleh masyarakat Ujungpangkah dipanggil Syekh Abdul Hamid atau dijuluki Jiwo Suto.
Waliyullah yang lahir dan dibesarkan di Ujungpangkah ini diperkirakan hidup antara tahun 1792-1861 atau abad 18-19 Masehi. Kesimpulan sementar aini diambil karena riwayat hidup beliau yang sejaman atau satu generasi dengan Adipati Suryoadiningrat (Kanjeng Sepuh) Bupati Gresik di SIdayu yang hidup pada tahun 1817-1858 M.
Sejarah singkat perjalanan hidup Syekh Abdul Kholiq Al Hamid (Jiwo Suto).
Jiwa pengelana sudah terlihat sejak kecil pada diri beliau, terbukti dalam usianya yang relative muda Abdul Kholiq Al Hamid sudah gemar berkelana dengan dibimbing oleh eyangnya bernama Syekh Abdul Hamid secara batin. Sebagaimana kebiasaan pengelana pada umumnya Abdul Kholiq Al Hamid tidak makan dan minum selama berkelana. Hal ini dimungkinkan sebagai upaya mensucikan batin, namun karena karomah yang dimilikinya, maka bila sewaktu-waktu beliau dahaga, maka cukup baginya membaca bismillah, maka rasa haus tak lagi dirasakannya.
Dalam pengembaraannya Abdul Kholiq Al Hamid tak lupa mengunjungi para wali yang lebih tua darinya dengan maksud untuk berguru dan meimba ilmu padanya, nama-nama waliyullah yang pernah dikinjunginya antara lain:
  • Syekh Abdur Rosyid atau Mbah Sridi, pesareannya berada di Dusun Koang (Kebondalem Desa Kebonagung). Karena merasa lebih muda usianya Abdul Kholiq Al Hamid memanggil Syekh Abdur Rosyid dengan sapaan Kakang/Kang, maka  dari sapaan itu, kini dusun tersebut dikenal dengan nama dusun Koang.
  • Syekh Abdur Rohman (Mbah Panglen), pesareannya kini lebih dikenal dengan nama makam Panglen di Dusun Koang Kebondalem Kebonagung. Setelah dirasa cukup berguru dan menimba ilmu pada keduanya, maka Abdul Kholiq Al Hamid berpamitan untuk meneruskan pengembaraannya, namun sebelum berpisah Abdul Kholiq Al Hamid member gelar kepada Syekh Abdur Rohman dengan sapaan Mbah Panglen sebab dalam kesehariannya Syekh Abdur Rohman sebagai penjual barang-barang panglen (barang-barang kelontong).
Setelah berpamitan pada keduanya, Abdul Kholiq Al Hamid meneruskan pengembaraannya. Dalam pengembaraanya selama Sembilan tahun dan baru pada usia 23 tahun beliau menikah dengan gadis pilihannya bernama Siti Rohmah, gadis asal Dusun Siraman Dukun. Gadis bernama Siti Rohmah ini adalah anak seorang janda bernama Mukholidah. Alas an pernikahan beliau dengan Siti Rohmah adalah sebagai upaya proses isalamisasi (penyebaran Islam) di wilayah Dukun saat itu.
Setelah menikah, beliau melanjutkan pengembaraannya. Kali ini tidak berlangsung lama, hanya satu tahun, sebab secara kebetulan ketika beliau singgah di Kuncen Sidayu beliau bertemu Adipati Surya Adiningrat (Kanjeng Sepuh) yang tak lain adalah Bupati Gresik ke-8 Sidayu. Beliau menetap sebagai guru dan penasehat di bidang keagamaan di Kesepuhan Sidayu selama hamper 2 tahun. Dalam pengabdian tersebut terjadi peristiwa maha penting dalam babak sejarah perjalanan hidup Abdul Kholiq Al Hamid yaitu peristiwa adu banteng dengan manusia yang akhirnya menyatukan desa Pangkah dengan Sidayu dalam satu kesaman cerita rakyat (volk loor).
Adapun adu banteng dengan manusia di alon-alon kota Surakarta (Solo) dituturkan oleh Shohibul Hikayat sebagai berikut:
“Kanjeng Sepuh pada masa pemerintahan selalau berseberangan dengan kebijakan Kasunanan Solo (Raden Sayyid Abdur Rohman – yang juga ayahandanya sendiri), Kanjeng Sepuh sering dianggap kontoversial dan sangat membenci kehadiran Belanda di Jawa.
Karena Kanjeng Sepuh dianggap tidak se ide dan selalu menentang kebijakan pusat, maka sebagai hukumannya Kanjeng Sepuh diundag ke Solo untuk diadu dengan seekor banteng. Mendengar panggilan tersebut, Kanjeng Sepuh tampak susah, lesu dan bingung, dalam kebingungan tersebut Kanjeng Sepuh meminta bantuan kepada sang guru (Jiwo Suto) untuk membantunya.
Melihat sang murid dalam masalah, maka Jiwo Suto bertanya kepada Kanjeng Sepuh, “Apa yang sedang terjadi, sehingga Kanjeng tampak gelisah?”. Kanjeng Speuh menjawab, “Siapa yang tidak susah, sebentar lagi aku akan diadu dengan seekor banteng”. Jiwo Suto balik menjawab, Mengapa Kanjeng mesti susah, saya siap menggantikan jika menghendaki”.
Mendengar jawaban Jiwo Suto, Kanjeng Sepuh terdiam dan berfikir kemudian bertanya, “Apa hal itu boleh dilakukan?” Jiwo Suti kembali meyakinkan kepada Kanjeng Sepuh, “Kanjeng, marilah kita berganti baju, dengan demikian wajah kita pun akan berubah” (mungkin inilah yang disebut ilmu maleh rupo).
Dengan karomah dan kekuasaan Allah SWT, wajah keduanya berubah setelah berganti baju, maka berangkatlah keduanya dan berganti posisi, dimana Kanjeng Sepuh menjadi kusir dan Jiwo Suto duduk di belakang. Singkat cerita, sampailah kedua di lapangan Solo, di situ sudah berkumpul beribu massa untuk menyaksikan adu banteng ini.
Jiwo Suto (yang sudah berganti wajah Kanjeng Sepuh) turun dari kereta dan langsung menuju lapangan. Bantengpun dilepas dan terjadilah pertarungan sengit, karena pertarungan berlangsung lama, maka Jiwo Suto minta ijin kepada Susuhunan Solo untuk membunuh banteng tersebut. Setelah mendapat ijin, maka kepala banteng itu langdung dipukul dan ihancurkan berkeping-keping.
Setelah perarungan berakhir, maka kembalilah keduanya ke SIdayu. Mengingat jasa Jiwo Suto yang begitu besar kepada beliau, maka Kanjeng Speuh member hadiah kepada Abdul Kholiq Al Hamid untuk mengjadi penghulu (naib) selama tjuh turunan di Ujungpangkah.
Setelah Kanjeng Sepuh wafat tahun 1858 M, maka Abdul Kholiq Al Hamid pun kembali ke Siraman Dukun untuk menemui istrinya. Karena beliau tidak mempunyai keturunan yang hidup, maka beliau mengadopsi keponakannya bernama Jaziroh sebagai anak angkatnya. Hamper 5 tahun Jaziroh diasuhnya, namun dia akhirnya memilih tinggal dan kembali kepada orang tuanya.
Tak lama kemudian, istri beliau wafat dan selang beberapa tahun beliaupun menyusulnya dan dikebumikan di Siraman Dukun.
Selama hamper 25 tahun Abdul Kholiq Al Hamid disemayamkan di Siraman Dukun dalam perkembangannya di Siraman terjadi malapetaka (Pagebluk), dimana penduduk desa terjangkit macam-macam penyakit sehingga banyak yang meninggal. Akhirnya dalam suatu malam salah satu sesepuh desa tersebut mendapat petunjuk Allah SWT/nglamat, bahwa pagebluk yang menimpa penduduk Siraman ini akan berakhir bila jenazah Abdul Kholiq Al Hamid dipindah ke tanah kelahirannya di Pangkah.
Berdasarkan petunjuk Allah tersebut, maka jenasah beliau digali dan dipindah ke Pangkah dan keanehan terjadi manakala jasad yang terbaring selama 25 tahun tersebut ketika diangkat tetap utuh dan tidak rusak sama sekali. Atas keagungan, kebesaran Allah dan keanehan tersebut maka Abdul Kholiq Al Hamid mendapat julukan Jiwo Suto. Jiwo berarti jiwa, Suto berarti utuh, suci, sempurna. Dan sejak itu hingga kini nama Abdul Kholiq Al Hamid lebih dikenal dengan nama Jiwo Suto. Pesareannya berada di belakang Masjid Jami’ Ainul Yaqin Ujungpangkah.